Rabu, 29 Juni 2011

Mengetahui Kehendak Allah

For the ways of the Lord are right, and the righteousness will walk in them but the transgressors will stumble in them.” – Hosea 14:9a
Seseorang pernah berkata kepada saya, “Kita ini selalu mengatakan mau mengetahui kehendak Allah tapi sebetulnya buat apa? Supaya kita tidak salah jalan dan rugi. Sebetulnya hanya untuk ketakutan kita, itulah motivasi kita.” Saya bisa aminkan hal ini. Pdt. Stephen Tong mengatakan dalam buku ini bahwa orang Kristen kalau mau mencari kehendak Tuhan umumnya tergolong pada dua hal: cari jodoh dan cari kerja. Jadi, kalau Anda mengharapkan ada petunjuk-petunjuk praktis dalam mencari jodoh atau kerja atau di mana tempat untuk buka toko, Anda akan sangat kecewa sehabis baca buku ini. Sebaliknya Anda akan sangat terberkati jika di dalam diri Anda sedalam-dalamnya, Anda ingin mencari tahu apa isi hati Allah, Anda ingin mencari apa kehendak Allah, entah itu “menguntungkan” diri Anda atau tidak.
Dalam prakata buku ini, Pak Tong mengutip Calvin, “Selain diri Allah sendiri, tidak ada yang lebih besar dari kehendak Allah.” Dan di dalam drama kosmis, terjadi konflik interest (keinginan) yang terus-menerus antara manusia sebagai makhluk yang punya kemampuan melawan Allah dengan Allah dan kehendak-Nya. Buku ini memberikan kita pengertian bagaimana kita dapat hidup harmonis dengan kehendak Allah yang kekal sehingga kita dapat dengan bijaksana menentukan langkah-langkah di dalam hidup kita.
Pak Tong pertama-tama bertanya apakah kehendak Allah bisa diketahui, melalui apa itu bisa diketahui, dan sampai sejauh mana. Berikutnya beliau menjelaskan kehendak Allah dari pelbagai aspek: alam semesta, bagaimana menjadi manusia sejati (posisi vertikal dan horisontal), dalam wahyu umum, kebudayaan manusia, penebusan Kristus, dan kaum pilihan. Kemudian, bagaimana mempunyai sukacita dan dukacita seturut kehendak Allah, dan terakhir barulah langkah-langkah praktis untuk mencari kehendak Allah, bagaimana menerapkan dan menggenapkan kehendak Allah.
Buku ini dibuka dengan kata-kata Rasul Paulus di Efesus, “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Allah.” Dan dijelaskan bagaimana orang-orang yang intelektualnya tinggi tetapi membuat pernyataan-pernyataan atau argumen-argumen yang bodoh, self-defeating factor, dan jika betul-betul menjalankan pemikiran-pemikiran yang jauh dari kehendak Allah, hidup manusia pasti menjadi kacau. Itu disebabkan oleh karena mereka tidak mengerti Roma 11:36, seperti yang dikatakan Pak Tong dalam buku ini, “Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Di sini kita melihat bahwa Dia adalah sumber, sasaran dan penopang dari segala sesuatu. Kalau orang Kristen mau mengerti tentang kehendak Allah sampai tuntas dan melalui sifat transenden Allah melihat segala sesuatu, maka kita tidak akan merasa sebagai sesuatu yang terhilang di tengah-tengah alam semesta. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia.”
Beliau juga mengatakan mengapa di dalam dunia, kehendak Allah kelihatannya susah sekali terjadi padahal Roma 11:36 dengan gamblang mengatakannya, sehingga seharusnya tidak ada satu pun yang dapat menghalangi kehendak Allah. Demikianlah Pak Tong mengatakan, “Agustinus menemukan bagaimana cara mengetahui semua ini. Segala sesuatu yang dicipta oleh Tuhan menjalankan kehendak Tuhan, tapi justru manusialah yang sering tidak menjalankan kehendak Tuhan, karena itu manusia perlu bertobat. Allah tidak memanggil langit untuk bertobat. Sebab, manusialah satu-satunya makhluk yang diberi potensi untuk menjalankan kehendak Allah, justru melawan kehendak Allah.” Pak Tong menjelaskan, “Dalam satu bagian doa Bapa kami, Tuhan Yesus mengajarkan, ‘Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.’ Kalimat ini sangat penting. Kehendak Allah di dalam seluruh alam semesta dan di sorga tidak ada rintangan. Tetapi kehendak Allah di bumi seolah-olah sulit bisa dituntaskan dan karena itu tugas panggilan anak-anak Tuhan adalah menjalankan kehendak Allah, sebagaimana hamba-hamba Tuhan di sorga yang tidak merintangi kehendak Allah. Manusia terlalu biasa melawan kehendak Tuhan. Manusia begitu kecil, remeh, dan hina itu justru merupakan satu-satunya makhluk yang berani melawan Allah.”